hanantyo pramundi

Saya lagi siaran sore sampai malem. Nggak ada siapa - siapa lagi di radio ini, kecuali mas Uung di lantai bawah.

Di sela - sela open mic, saya buka - buka fesbuk adek saya. Saya buka album fotonya. Saya liat satu persatu.

Entah kenapa tiba - tiba saya sangat rindu dia. Entah cuma karena rindu atau apa, yang jelas saya nggak bisa menahan air mata saya untuk nggak tumpah.

Dia sudah sangat besar sekarang, sudah menjadi laki - laki sebagaimana laki - laki lainnya. Bahkan saya baru sadar sekarang. Selama ini saya hanya anggap dia sebagai laki - laki kecil sebagaimana dia dulu. Sebagai adik yang pendiam, nggak doyan nasi, suka kecemplung got kalo lagi main sepedaan, item, males, cengeng, gupis, manja, macem - macem.

Sekarang dia hampir umur 21, udah besar, udah dewasa. Sebentar lagi dia akan harus menjadi laki - laki yang bertanggung jawab akan banyak hal. Dan kadang saya masih belum percaya itu.

Buruk sekali masa lalu saya dan dia. Buruk sekali dampaknya pada kondisi psikis kami berdua. Memang buruk sekali, tapi saya nggak mau lagi dia cengeng seperti dia sebelumnya. Saya mau dia sekuat saya dalam menghajar dunia.

Dia sekarang masih kuliah, salah satu proses dia mewujudkan mimpinya nanti. Dia sedang menuju harapannya, sedang bertanggung jawab pada pilihannya.

Semoga Tuhan berkenan untuk selalu memberinya kesehatan dalam tubuhnya, kebahagiaan dalam hatinya, semangat dalam pikiran dan lakunya, dan keberhasilan dalam pencapaiannya nanti. Aamiin.

I love you beloved (little) brother...