Wednesday, July 21, 2010

beri saya tanda jika kamu di sini (tetapi kamu tidak pernah membalasnya..)

(copasted from my article at http://ngerumpi.com/baca/2010/05/22/beri-saya-tanda-jika-kamu-di-sini-tetapi-kamu-tidak-pernah-membalasnya)


Bolehkah kalau (lagi - lagi) saya meracau di sini? Tentu saja demi sedikit melegakan hati. Walaupun panjang dan writting style saya membosankan, tapi saya percaya rumpiers akan bisa sedikit memaknai racauan saya *lintng lengan, siap dihujat

***

Ini benar - benar racauan yang saya alami

***

NOVEMBER - DESEMBER 2008

Suatu hari saya menerima email dari seseorang yang tidak saya kenal. Karena dia sopan dan menyenangkan, maka saya balas imel - imel dari dia. Setelah beberapa kali imel-imelan, terkuaklah kalau ternyata dia adik kelas saya di kampus.

Waktu itu kami tidak pernah bertemu. Sampai suatu sore, saat hujan lebat (itu hari ulang tahun saya), adik teman kos saya datang tergopoh - gopoh menyampaikan sebuah titipan. Dia bilang ada seorang cowok datang ke kosan hujan - hujanan dan menitipkan itu buat saya

Saya buka bungkusan itu. Isinya CD The Cardigans (The Best), dan ternyata itu kado buat saya. Di bawah kartu ucapan, tertera nama si cowok pengimel saya itu.

Entah gimana caranya (kalo gak salah saya buka friendster dia), saya jadi tau ulang tahun cowok imel itu sama seperti saya. Akhirnya saya telfon dia dan nyanyi ‘happy birthday' buat dia (entah dari mana saya tau nomer telfon dia, kalau gak salah dia pernah sms saya duluan)

Hari berganti hari. Saya jadi sering smsan sama dia. Sms2 kami biasa aja. Tidak ada unsur tanda petik apapun, apalagi unsur cinta. Yang saya tau, dia care dan (mungkin, mungkiiiin lohhh yaaaa) sedikit adore sama saya.

Dia juga tau, di saat itu saya sudah punya pacar yang amat sangat saya cintai. Bahkan dia selalu memberikan support untuk saya agar bisa selalu kuat menjalani hubungan long distance dengan pacar saya.

Dari obrolan - obrolan kami, saya baru sadar bahwa dia sudah memperhatikan saya dari lama di kampus. Dan dia selalu mendengarkan siaran - siaran saya. Dia baca blog saya, dia selalu tau apa yang terjadi pada saya. Tapi sungguh dia adalah cowok sekaligus adik kelas yang sangat santun. Sedikitpun tidak pernah ada perlakuan dia ke saya yang menyinggung saya.

Saya benar - benar tidak punya perasaan ke dia. Saya hanya lumayan kagum akan kepintarannya, ketaatanya beragama, dan kesantunan dia. Itu saja.

Sampai akhirnya saat radio tempat saya bekerja membutuhkan penyiar baru, saya dorong dia untuk melamar. Tadinya dia tidak yakin, tapi saya paksa dia untuk apply (karena basic vocal dia mikroponis buanget!). Singkat cerita, dia diterima dan mulai menjalankan training.

Kalau tidak salah, hari Senin dia memulai training pertamanya. Dan hari Rabu dia memulai proses recording. Memang setiap hari penyiar trainee diharuskan voice recording untuk mengetahui apakah mereka sudah layak siaran atau belum.
Kamis sore, kami bertiga (saya, dia, dan seorang PD radio) duduk bertiga. Ngobrol ngalor - mgidul tentang siaran, dan macam - macam. Pak PD dan saya mengkritik dia "siaran kamu masih terlalu kaku, coba santai sedikit. Masih belum enak didengar!". Yeah, saya bisa bilang begitu karena saya mendengarkan voice recording dari semua penyiar trainee.

Dia menanggapi (lagi - lagi) dengan santun, dan berjanji akan berusaha memperbaiki. Dan sore itu, saya bilang pada dia saya akan bertunangan.


Saya : This Sunday will be my engagement
Dia : Really??? You're gonna be engaged this fast??
Saya : Hey, what's up?? Everybody knows my engagement day! (jawab saya sambil ngakak dan tidak terlalu peduli). Setelah itu saya pulang duluan.

Jumatnya, saya siaran pagi jam 09.00 - 12.00. Jam 12 kurang saya sms dia. Saya bertanya, nanti dia mau training jam berapa, dan saya bilang pada dia bahwa siang ini saya akan mudik ke Cilacap. Dia bilang, setelah jumatan dia akan ke radio untuk training, dia meminta saya jangan pulang dulu. Fine, saya tunggu dia.

Sudah jam satu lebih dia belum datang juga. Saya sms dia lagi, mau ke radio atau tidak, karena saya memang harus cepat sampai ke rumah. Dia tidak membalas. Akhirnya saya putuskan untuk pulang ke Cilacap. Perasaan saya saat itu sedang bahagia - bahagianya, besok lusa saya akan bertunangan! Great!

Sampai rumah saya mendapati ada sms dia yang masuk ke hp saya. Saya lupa kata - katanya. Dan saya tidak sempat membalas sms dari dia.

Magrib. Saya mendapat telepon dari rumah sakit. Dia kecelakaan, tabrak lari! Luka parah! Dan Belum sadarkan diri. Saya yang ditelfon, karena nama saya ada dalam list panggilan terakhir dia. Entah kenapa saya kalang kabut. Saya panik.

Beberapa menit kemudian saya kembali mendapatkan telfon. Dia sudah meninggal dunia. Air mata saya sudah tidak dapat dibendung lagi. Saya menangis didepan keluarga saya. Saya bingung, saya ingin ada di sana saat itu juga. Saya meminta izin orangtua saya untuk berangkat ke Purwokerto malam itu juga, tapi mereka tidak mengijinkan. Saya telfon calon tunangan saya untuk meminta izin, diapun agak keberatan karena saat itu saudah malam. Dia mengkhawatirkan saya.

Saya tidak jadi berangkat. Semalaman saya menangis. Semalaman saya berdoa untuk dia. Hati saya terasa begitu sakit, begitu sesak, entah kenapa. Dia bukan siapa - siapa saya, begitupun sebaliknya. Mungkin karena baru kali ini saya menghadapi kematian orang yang baru saja berhubungan baik dengan saya.

Esok paginya saya berangkat ke purwokerto. Saya melayat dia. Saya menangis di depan jenazah dia. Saya berbicara kepada dia. Saya bilang menyesal kemarin siang saya keburu pulang dan tidak menunggu dia sampai datang.

Rasa sesak itu menggelanyuti saya sampai berminggu - minggu. Bersyukur tunangan saya memahami itu. Saya selalu berdoa untuk dia dan mengajak dia berbicara, dan itu berlangsung sampai sekarang ini.

Some facts:

  • teman - teman angkatan dia di kampus bilang pada saya, betapa dia menyukai saya dari dulu, betapa dia berubah dan termotivasi karena saya, dan bahwa dia merokok setelah mengetahui saya merokok. He was my biggest fan, they said. Shit!

  • keluarga dia menemukan puisi untuk saya di komputernya, foto - foto saya yang dia jadikan wall paper, sms - sms dari saya yang tidak satupun dia hapus, dan rekaman suara saya saat saya menelfon dia (omigod, he recorded all of our conversation in phone!)

  • dia meninggal akibat tabrak lari di depan alun - alun Purwokerto sepulang dari training, dalam perjalanan ke stasiun untuk membeli tiket untuk kakaknya

  • hasil voice recording terakhirnya bagus sekali. Saat saya dengarkan, suara dia benar - benar seperti seorang penyiar profesional (berbeda sama sekali dengan 2 recording sebelumnya)

  • beberapa hari setelah bertunangan, saat saya kembali ke purwokerto, saya sempatkan bersilaturahim. Saya sempat shalat di kamar dia, berbicara dan (lagi - lagi) menangis mengingat dia

Again, selamat jalan sahabat. Aku selalu ingin tahu kabarmu, sampai sekarang.

I said give me sign when you're here...
BUT YOU NEVER REPLIED...

No comments: